Selasa, 09 Agustus 2022
Need someone to talk but not boyfriend
Selasa, 10 November 2020
Sedih
bapak aku tidak bekerja, dia hanya serabutan.
saat aku kelas 6 SD, bapak aku sangat aktif di partai politik. Bapak aku sering kali ke kantor cabang parpol tersebut, bahkan saat pemilu bapak aku ikut serta kampanye, menyebarkan spanduk dan sticker capres dan cawapres di parpol tersebut. Aku yang saat itu kelas 6 sering kali ikut dan entah kenapa aku sangat senang membawa itu atribut (terutama sticker, karena aku bisa ikut menempel sticker).
Dan waktu itu kalau tidak salah tahun dimana ada pencalonan DPRD. Bapak aku turut serta menjadi calon DPRD. Dengan background bapak saya tidak bekerja tapi aku sangat tahu pengetahuan dan wawasan bapak aku sangat luas. Saat aku kesusahan bapak aku di pelajaran, bapak aku sangat membantu aku. Bapak aku sangat mendukung akademik anaknya, karena bapak aku tidak ingin anaknya seperti bapak aku.
Bapak aku mencalonkan diri menjadi DPRD dan dia tidak memiliki modal. Bahkan bapak aku tidak memiliki spanduk dan sticker karena tidak memiliki modal. Bapak aku hanya bermodalkan kertas print dan fotokopi saja. Bapak aku tidak didukung oleh saudara-saudaranya karena mereka tahu bapak aku tidak punya modal. Bapak aku berkampanye dengan cara silaturahmi. Sempat bapak aku menitipkan beberapa lembar kertas kampanyenya, berharap aku bisa menyebarkan ke teman sekelas aku. Namun sepulang sekolah aku tidak menyampaikan amanah bapak aku tersebut dan aku berbohong sudah menyampaikannya.
Dan setelah aku dewasa, aku merasa sangat berdosa karena aku merasa sama dengan saudara bapak aku yang tidak percaya dan tidak mendukung. Aku merasa kasian dengan bapak aku, bukan salah bapak aku tidak bekerja, karena aku merasakan hal yang sama di dunia kerja bagaimana sulitnya mendapatkan pekerjaan padahal di era aku ini sudah lebih canggih.
Pernah suatu ketika, bapak aku mencoba ikut temannya untuk bekerja mengontrol penumpang bis. aku sangat senang mendengar bapak aku kerja, meskipun hanya mengontrol bis, tapi aku bangga. namun baru beberapa hari bapak aku tidak melanjutkan pekerjaan itu, setelah diselidiki oleh ibu aku, ternyata bapak aku disuruh membayar uang agar bisa diterima. bapak aku yang saat itu tidak punya uang, tidak mau berbicara ke ibu aku karena khawatir ditolak. Setelah ibu aku tau, ibu aku agak kecewa kenapa bapak aku tidak jujur ke ibu aku kalau disuruh membayar.
kadang aku sedih melihat bapak aku yang dipandang sebelah mata. aku kasian kalau melihat bapak aku di mojokerto selalu disindir. menurut aku, bukan bapak aku yang tidak mau ke mojokerto, tapi mungkin bapak aku merasa tidak nyaman dengan pandangan saudara yang ada di mojokerto.
Minggu, 08 November 2020
The day after my birthday
Tahun ini aku mendapat kebahagiaan dan kesedihan di hari ulang tahunku.
Kebahagiaan setelah sekian lama tidak pernah merayakan ulang tahun bersama keuarga, dan akhirnya bisa merayakan bersama keluarga.
Namun kesedihan karena ini ketiga kalinya aku gagal di CPNS. Harapan yang aku tunggu sekian lama.
Entah kenapa, sekarang ini aku tidak suka untuk bepergian ke tempat saudara. Hal yang paling tidak aku sukai adalah dibanding-bandingkan. Dan aku merasa dengan adanya kehadiran aku ataupun tidak disana juga tidak ada bedanya. Karna apa? karena mereka hanya fokus dengan kakak aku. Mungkin disana kakak aku ibarat makanan dan aku hanya lalat yang berterbangan.
Aku memendam perasaan itu hingga pulang dari sana. Dan diperjalanan, aku menyembunyikan air mata aku dipangkuan ibuku. Berusaha sekuat tenaga agar ibu aku tidak sedih melihat aku menangis. Dan akhirnya, ibu aku sadar kalau aku habis menangis. DIsitu aku langsung tidak bisa membendung air mata aku. Ibu aku mengira aku sedih karena tidak lolos, namun kenapa perasaan aku tidak mengarah ke sana, aku mengutarakan bahwa aku tidak suka pergi ke tempat saudara. Sebetulnya aku takut mengatakan itu, karena itu adalah kampung halaman ibu aku, aku takut malah membuat ibu aku bersedih.
Sabtu, 05 September 2020
Sebelah mata
Aku kurus, aku pesek.
Kakak aku ideal, kakak aku mancung
Ya, dari segi fisik kakak aku punya kelebihan.
Aku sangat benci, sangat kesal ketika pergi kerumah saudara, dan yang dilihat adalah fisik!.
Aku merasa nyaman ketika berkunjung ke salah satu bapak, karena mereka tidak menilai fisik, meskipun kadang mereka menilai materi. Yang aku rasakan ketika berkunjung ke keluarga ibu, berkebalikan dengan keluarga bapak, di keluarga ibu jujur batin aku merasa down ketika mereka menilai fisik. Hal pertama yang mereka ucap ketika melihat aku adalah "kurus banget", "meris itu niru siapa". Sampai pernah mereka menilai ibu aku tidak pernah memberi makan aku makanya aku kurus.
Sampai sekarang pun aku juga benci, karena aku masih merasa mereka menilai sebelah mata. Ada hal lain, misalkan ketika ada aku dan kakak aku, mereka pasti lebih memilih kakak aku untik diajak kemana mana. Padahal jelas-jelas disana ada aku juga. Entah kenapa salah satu keluarga ibuku tidak menyukaiku.
Hal lain lagi, jakarta adalah kota besar tapi untuk transportasi sangat gampang di akses. Berbeda dgn palangkaraya. Ketika salah satu keluarga ibu aku itu ada tugas kerja ke jakarta, tidak ada sepenggal kata untuk mengajak silaturahim. Tapi ketika mendengar kakak aku yg di palangkaraya baru saja mengantar saudara ibu aku, hal pertama yang terlintas adalah aku memang berbeda dan aku merasa di pandang sebelah mata.